Kamis, 29 September 2016

Bukan Punguk Yang Merindukan Rembulan

Bukan Punguk Yang Merindukan Rembulan Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Satu tahun sudah berlalu, tapi Ipung masih begini saja. Masih memandanginya dari jauh tanpa kata. Mendekat pun Ipung tak berani. Dia terlalu tinggi untuk digapai, begitu pikir Ipung murung.

Namanya Saiful, akrab di sapa Ipung. Seorang pemuda 25 tahun yang cerdas. Ia mampu menamatkan pendidikan strata satunya pada usia 20 tahun dan dapat meraih pendidikan magisternya pada jurusan sama di usia ke-22-nya. Saat ini Ipung menjadi dosen muda di Universitas tempatnya belajar sambil mengambil pendidikan doktoral, masih dalam bidang yang sama. Tapi agaknya, kesuksesan akademik Ipung tidak di dukung dengan kesuksesan asmaranya. Perjaka muda ini bahkan sampai saat ini tidak mengetahui nama sang rembulan pujaan hatinya, tidak berani menegur dan hanya bisa memperhatikan dari jauh. Padahal sang rembulan adalah mahasiswinya sendiri.

“Bagaimana Pak Dhe? Ada kemajuan soal nyonya meneer-mu?” goda Ishaq, teman satu kelasnya di strata satu, yang sekarang memiliki toko tekstil di dekat simpang lima. Ishaq duduk di samping Ipung, di ujung anak tangga lantai dua masjid Baiturrahman, menikmati pemandangan alun-alun kota Semarang.
... baca selengkapnya di Bukan Punguk Yang Merindukan Rembulan Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu

Rabu, 28 September 2016

Abdiku Untukmu, Ibu

Abdiku Untukmu, Ibu Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Aku terbangun di pagi itu dengan penuh kedamaian. Ku dengar kicau burung dan mentari menambah hangat sambutan pagi. Aku Silvia, umurku 17 tahun sekarang. Ibuku seorang single parent. Ya, ayahku sudah di panggil yang maha kuasa ketika umurku masih 4 tahun. Segera aku bangun dan menuju ke kamar mandi, setelah itu memakai baju seragam, dan keluar dari kamarku. Aku menengok ibu yang sedang menyiapkan dagangannya.
“Nak, sarapan dulu. Tuh makanannya udah Ibu siapin di atas meja,” kata Ibu.
“Iya, makasih ya bu,” jawabku sambil tersenyum.

Seselesainya aku sarapan, ku pakai sepatuku, kemudian pamit pada ibu.
“Bu, Silvi pergi dulu ya. Assalamu’alaikum,” aku pamit pada Ibu sambil mencium tangannya.
“Wa’alaikumsalam. Hati-hati di jalan ya nak,” kata Ibu. Kalimat itu selalu Ibu ucapkan sebelum aku pergi sekolah.

Hari itu aku tidak merasakan hal yang aneh. Semua sama seperti biasanya. Namun hal yang mengejutkan terjadi ketika aku pulang sekolah. Ibuku tidak ada di rumah, tetanggaku bilang beliau di bawa ke rumah sakit. Aku tertegu
... baca selengkapnya di Abdiku Untukmu, Ibu Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu